Test Footer

Read more: http://madiuncool.blogspot.com/2011/12/cara-membuat-blog-tidak-bisa-di-klik.html#ixzz2N4R84AKS

Rabu, 27 Maret 2013

Cara Mengobati Sariawan Dengan Cepat

1. Berkumur dengan air garam
Berkumur dengan air hangat yang dicampur garam tiga kali sehari dapat menyembuhkan luka sariawan dengan cepat. Kandungan garam dapat menarik cairan pada luka sariawan sehingga dapat mempercepat penyembuhan.

2. Minum yogurt
Yogurt membantu keseimbangan bakteri di mulut dan tubuh. Hal ini akan mempercepat penyembuhan dan membantu mencegah sariawan. Untuk merasakan hasilnya, pastikan yogurt mengandung acidophilus hidup.

3. Bilas mulut dengan obat tradisional
Bilas mulut dengan salah satu dari beberapa obat tradisional, seperti lidah buaya, ekstrak biji anggur, peroksida hidrogen, jus plum, tea tree oil dan air hangat dengan garam.

4. Oleskan luka dengan bawang dan pepaya

Menerapkan langsung obat ke luka sariawan juga dapat mempercepat proses penyembuhan. Gunakan bawang mentah, pepaya atau kantong teh langsung pada luka sariawan.

5. Coba baking soda
Campur baking soda dengan air yang dijadikan obat kumur atau pasta untuk melapisi luka sariawan. Baking soda akan membantu menghilangkan bakteri di dalam mulut dan mengurangi rasa sakit.

6. Minum vitamin
Studi menunjukkan sariawan lebih sering terjadi pada orang yang kurang vitamin B. Vitamin C, zat besi dan asam folat juga berperan dalam mencegah dan penyembuhan sariawan.

sumber:sinidong.blogspot

Cara mengatasi kulit kering

1. Mengatasi kulit kering dengan Minyak zaitun
Memanfaatkan minyak zaitun adalah cara paling mudah dan efektif untuk perawatan alami mengatasi kering. Gabriel bahkan mengungkap kalau minyak zaitun merupakan 'penyembuh kering' di seluruh tubuh. Mulai dari kulit wajah, tangan, kaki, hingga rambut. "Ketika kulit Anda terasa sangat kering ekstra, oleskan saja secara
tipis extra virgin olive oil. Anda bisa mencampurkannya dengan pelembab atau lotion yang biasa digunakan," kata Gabriel.

2. Yogurt dan pepaya dapat atasi kulit kering
Dua bahan tersebut juga bisa digunakan sebagai bahan untuk mengatasi kulit kering. Jika saat ini bahan-bahan itu sudah ada di dapur, manfaatkan saja. Untuk yogurt sebaiknya pilih yang jenisnya plain Greek. Itu karena bisa jadi pembersih yang berfungsi mengangkat sel kulit mati. Yogurt ini sangat pas untuk kulit kering karena membersihkan kulit menggunakan asam laktat dan bukan scrub, yang justru bisa memperparah kondisi kulit kering. Untuk hasil maksimal, Anda bisa juga memanfaatkannya jadi masker wajah. Campur saja setengah gelas yogurt dengan tiga sendok makan pepaya yang sudah dihancurkan. Tempelkan pada wajah dan diamkan sekitar 10 hingga 15 menit, lalu bilas dengan air bersih.

3. Mengatasi kulit kering dengan konsumsi Madu

Bibir pecah karena kering, namun tak ada lip balm? Manfaatkan saja madu. Kandungan vitamin dan mineral pada madu sangat tinggi, sehingga efektif mengatasi bibir yang kering. Anda juga bisa mengoleskan madu kulit kaki dan kulit siku yang kering.


sumber:sinidong.blogspot

Selasa, 26 Maret 2013

Manfaat dan Khasiat Pepaya Bagi Kesehatan

1. Mengandung Vitamin A, C dan Betakaroten
Jika Anda ada masalah dengan mata, mengkonsumsi buah pepaya sangat perlu, karena sangat membantu disebabkan mengandung vitamin A. Juga bagus untuk kekebalan tubuh.

2. Mencegah Penuaan Dini
Jika ingin memiliki kulit yang indah dan tidak cepat rusak, gunakan pepaya sebagai bahan kecantikan dan perawatan wajah Anda. Karena kaya antioksidan dan sangat baik dalam menangkal radikal bebas.

3. Menghilangkan Jerawat
Tambahkan dengan satu sendok madu dan di jus atau di oleskan di wajah Anda secara teratur akan mengatasi masalah jerawat dan flek hitam yang membandel dilakukan secara rutin.

4. Detoksifikasi Didalam Tubuh
Menangkal dan membersihkan racun dalam tubuh itu dengan cara mengkonsumsi dengan cukup.

5. Sebagai Antioksidan
Antioksidan yang terdapat dalam pepaya terutama Vitamin C membantu melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari yang berlebihan. Jus pepaya sangat membantu untuk mengurangi bintik-bintik coklat karena paparan sinar matahari yang terlalu lama.

6. Pepaya Mengandung Enzim
Enzim bernama papain ini digunakan untuk membantu mencerna protein dan dapat digunakan untuk mengobati luka cedera dan alergi. Enzim papain pun berkhasiat sebagai obat perut seperti diare, sakit maag dan sembelit.

sumber: sinidong.blogspot.com

Manfaat Jeruk Nipis Bagi Kesehatan dan Kecantikan

1. Manfaat Jeruk Nipis Bagi Kesehatan
a. Memperlancar Pencernaan
Serat di dalam jeruk nipis juga dapat membantu meringankan sembelit. Karena kadungan asamnya yang cukup tinggi dengan ditambah sedikit garam mampu memperlancar pencernaan. Itulah alasan mengapa banyak obat sembelit yang mengandung extrakjeruk nipis.

b. Perawatan Mata
Manfaat vitamin C bersifat anti oksidan yang mampu melindungi mata dari penuaan dan degenerasi. Selain itu kandungan flavonoid juga mampu membantu melindungi mataa dari infeksi.

2. Manfaat Jeruk Nipis untuk Kecantikan

a. Manfaat Jeruk Nipis untuk Wajah
Beberapa manfaat jeruk nipis untuk wajah antara lain membuat kulit wajah lebih halus, lebih putih secara alami, mempercantik kulit dan bermanfaat merapatkan pori – pori. Untuk memperoleh manfaat jeruk nipis bagi wajah Anda resepnya adalah Sediakan jeruk nipis yang masih segar, lalu belah menjadi dua bagian. Lalu usapkan daging jeruk nipis ke kulit wajah, hidung, dan pipi yang memiliki pori-pori besar. Usapkan pula daging jeruk nipis tersebut ke bagian wajah yang kasar dan kusam. Dengan melakukan ini secara rutin, Insya Alloh wajah Anda akan lebih halus, putih, dan memiliki pori-pori yang rapat.

b. Manfaat Jeruk Nipis untuk kuku
Jeruk nipis dapat membuat kuku bersih dan cemerlang: Anda dapat menggunakan air perasan jeruk nipis untuk membersihkan dan menggosok kuku Anda yang kusam.

c. Manfaat Jeruk Nipis untuk Jerawat
Manfaat jeruk nipis selanjutnya adalah untuk mengatasi jerawat yang tumbuh di wajah. Anda dapat menggunakan air perasan jeruk nipis dan madu sebagai masker. Air perasan jeruk nipis dapat mengurangi minyak pada wajah, sedangkan kandungan antiseptik yang terdapat pada madu dapat membunuh bakteri penyebab jerawat.

d. Manfaat Jeruk Nipis untuk Kesehatan Rambut
Untuk jenis rambut berminyak yang biasanya cepat kotor, cucilah dengan air hangat yang telah dicampur perasan air jeruk nipis. Hasilnya selain tak cepat kotor, rambut akan menjadi lebih halus dan lembut kemilau. Untuk menghilangkan ketombe gunakan air perasan jeruk nipis pada kulit kepala. Biarkan kering selama 20 sampai 30 menit, lalu dikeramas. Lakukan dua sampai tiga kali. Agar rambut berkilau dan mudah diatur, campurkan 1 sendok makan madu, perasan satu jeruk nipis, dan sedikit air hangat. Bilas rambut Anda dengan shampo seperti biasa dan lalu tuangkan campuran tadi pada rambut. Keringkan rambut dengan cara biasa. Mencegah rambut rontok atau berketombe. Yakni dengan dua jeruk dipotong menjadi tiga bagian, oleskan pada kulit kepala sampai rata. Bungkus kepala dengan handuk semalaman, keramas keesokan harinya dan lakukan 3 kali seminggu.


sumber:sinidong.blogspot

Cara Membeli Sepeda Motor Bekas

Sebelum anda melakukan pencarian motor bekas yang akan anda beli, sebaiknya lakukan cek harga pasaran terlebih dahulu. Bisa dari koran, majalah, situs tertentu, dll. Terlepas apakah membeli tunai atau melakukan cicilan motor (kredit motor).
2. Cek nomor rangka/mesin.
Periksa nomor rangka dan mesin motor, lalu sesuaikan dengan nomor rangka serta nomor mesin yang tertera pada STNK maupun BPKB.
3. Cek kondisi fisik.
Periksa kondisi body, spion, baut, dan lain sebagainya, apakah terlihat banyak goresan, kondisi retak ataupun pecah. Usahakan juga akan lebih baik jika semua yang menempel pada motor adalah parts orisinil. Walaupun melakukan cicilan sepeda motor Anda tetap punya hak untuk mengecek kondisi fisik.
4. Cek kondisi oli.
Usahakan buka dan ukur oli yang ada di dalam mesin. Pastikan ukuran Oli tidak berlebihan, karena Oli yg berlebih akan membuat suara mesin menjadi lebih halus, sehingga dapat menyembunyikan suara asli motor yang mungkin berbunyi kasar atau berisik.
5. Cek speedometer.
Pastikan agar tidak ada retak atau adanya bekas pembongkaran. Lihat jumlah berapa km yang telah ditempuh oleh motor tersebut. Jika diatas 20.000 km maka dapat dipastikan akan banyak sekali komponen mesin yang akan segera anda diganti. Tentunya akan membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
6. Hidupkan mesin motor.
Coba hidupkan mesin motor tersebut, apakah bisa stationer atau langsam. Karena kondisi pada mesin yang tidak bermasalah dapat langsam pada putaran kurang lebih 1500 rpm. Serta pastikan juga bahwa tidak ada bunyi-bunyian yang kasar di dalam mesin. Jangan mentang-mentang motor murah, Anda sepela tentang masalah ini.
7. Cek perpindahan gigi.
Jalankan kendaraan dan perhatikan posisi perpindahan gigi apakah terasa sulit atau tidak. Apabila terasa sulit berarti menandakan kampas kopling motor tersebut akan segera habis. Satu lagi yang perlu diperhatikan juga adalah, jika terdengar suara mendesir pada saat motor berjalan. Kemungkinan besar gigi primer dari motor tersebut akan segera habis.
8. Cek rangka atau sasis motor.
Perhatikan kelurusan roda depan dan belakang, dan pastikan bahwa rangka atau sasis motor tersebut tidak ada kebengkokkan. Jalankan sekitar 40km/jam dan tekan rem sedikit mendadak untuk pastikan motor tidak sulit dikendalikan. Hal ini berguna untuk mendeteksi lurusnya sasis dan poros setang atau setir. Jangan asal memilih motor murah, sedangkan yang lainnya terlupakan.
9. Cek kebocoran.
Usahakan anda dapat mencoba jalankan motor lebih lama, dan setelah motor dijalankan kurang lebih sekitar 500meter. Perhatikan apakah terlihat adanya oli yang bocor melalui sela-sela mesin. Atau adanya air radiator bocor bagi motor yang menggunakan radiator.
10. Cek kondisi kelistrikan.
Periksa juga kelistrikan dan lampu-lampu seperti lampu depan, lampu sein, lampu rem belakang, klakson, lampu speedometer, atau elektrik stater motor. Apabila semua berfungsi atau hidup, berarti tidak ada kerusakan pada komponen dan kondisi aki tidak ada permasalahan. Kalau Anda melakukan cicilan motor, jangan sekedar memilih kredit murah atau cicilan murah. Perhatikan semua aspek.

Sabtu, 23 Maret 2013

Cara BBM-an di Laptop Dengan Mudah tanpa perlu hp BB

Satu lagi tips unik yang mungkin bisa membatu kemudahan kamu dalam beraktifitas dan bekerja dengan meminimakan gangguan. Terkadang kita dibingungkan dengan aktifitas, pada waktu mengerjakan kerjaan via laptop atau komputer, pada saat yang bersamaan BBM kita ada pesan. Mana bisa selesai kerjaan kita jika waktu kita terbagi antara kerjaan dan BBM.

Tips BBM-an via Laptop atau Komputer PC berikut akan membantu memecahkan permasalahan tersebut diatas. Kita bisa ber BBM-an ria layaknya chat seperti YM ( Yahoo Messenger ) atau FB chat

 1.Download aplikasi Fixmo via Blackberry kamu di https://appworld.blackberry.com/webstore/content/47563
 2.Setelah download dan install, buat account melalui aplikasi fixmo via Blackberry tersebut
 Kemudian kunjungi http://fixmo.com/fwm masukkan masukkan email dan password yang baru saja dibuat via Fixmo BB tadi, diakhiri tekan tombol Connect
 
4. Selesai, kamu bisa ber BBM lewat laptop atau Komputer PC seperti layaknya chat YM atau chat FB
sumber: 7surat.blogspot 

Do’a Sehari-Hari

Berikut do’a sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dengan sumber yang jelas. Wassalam

Do’a Sehari-Hari

1. Do’a Sebelum Makan
Allahumma baarik lanaa fiimaa razaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaari Bismillahirrahmaaniraahiimi.
Artinya : Ya Allah berkahilah kami dalam rezki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa neraka. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (HR. Ibnu as-Sani)

2. Do’a Sesudah Makan
Alhamdulillahilladzii ath’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa muslimiina
Artinya : Segala puji bagi Allah Yang telah memberi kami makan dan minum, serta menjadikan kami muslim. (HR. Abu Daud)
Alhamdulilaahilladzi ath’amanii hadzaa wa razaqaniihi min ghayri hawlin minnii wa laa quwwatin.
Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan melipahkannya kepadaku tanpa daya dan kekuatanku. (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

3. Do’a Sebelum Tidur
Bismikallahhumma ahyaa wa bismika amuutu.
Artinya : Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Do’a Sesudah Bangun Tidur
Alhamdulillaahil ladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin nusyuuru
Artinya : Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami. Kepada-Nya-lah kami akan kembali (HR. Bukhari)

5.Do’a Terkejut Bangun Dari Tidur
A’uudzu bikalimaatillahit tammaati min ghadhabihi wa min syarri ‘ibaadihi wa min hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruuni
Artinya : Aku berlindung dengan kalimah Allah yang sempurna dari kemarahan Allah dari kejahatan hamba-hamba-Nya dan dari gangguan setan dan dari kehadiran mereka (HR. Abu Daud dan Tir-middzi)

6.Do’a Mimpi Baik
Alhamudlillaahirrabbil ‘alamiina
Artinya : Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam (HR. Bukhari)

7.Do’a Mimpi Tidak Baik
Allaahumma innii a;uudzu bika min ‘amalisy syaythaani, wa sayyi’aatil ahlaami
Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan setan dan dari mimpi-mimpi yang buruk (HR. Ibn as-Sani)

8.Do’a Sesudah Duduk Bangun Tidur
Laa ilaaha illaa anta subhaanaka allahuma zidnii ‘ilman wa laa tuzigh qalbii ba’da idz hadaitanii wa hablii min ladunka rahmatan innaka antal wahhaabu.
Artinya : Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, maha suci Engkau ya Allah, aku minta ampun kepada-Mu tentang dosa-dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu tentang dosa-dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu. Ya Allah, tambahlah ilmuku dan janganlah Engkau gelincirkan hatiku setelah Engkau memberi petunjuk kepadaku, dan karuniakanlah rahmat untuk-ku daripada-Mu, sesungguhnya Engkaulah yang maha Memberi. (HR. Abu Daud)

9.Do’a Menjelang Shubuh
Allaahumma innii a’uuzdu bika min dhiiqid dun-yaa wa dhiiqi yaumil qiyaamati.
Artinya : Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan dunia dan kesempitan hari kiamat. (HR. Abu Daud)

10. Do’a Menyambut Datangnya Pagi
Ashbagnaa wa ashbahal mulku lillaahi ‘Azza wa jalla, wal hamdu lillaahi, wal kibriyaa’u wal ‘azhamatu lillaahi, wal khalqu wal amru wallailu wannahaaru wa maa sakana fiihimaa lillaahi Ta’aalaa. Allahummaj’al awwala haadzan nahaari shalaahan wa ausathahu najaahan, wa aakhirahu falaahan, yaa arhamar raahimiina.
Artinya : Kami telah mendapatkan Shubuh dan jadilah segala kekuasaan kepunyaan Allah, demikian juga kebesaran dan keagungan, penciptaan makhluk, segala urusan, malam dan siang dan segala yang terjadi pada keduanya, semuanya kepunyaan Allah Ta’ala. Ya Allah, jadikanlah permulaan hari ini suatu kebaikan dan pertengahannya suatu kemenangan dan penghabisannya suatu kejayaan, wahai Tuhan yang paling Penyayang dari segala penyayang.
Allahumma innii as’aluka ‘ilman naafi’an wa rizqan thayyiban wa ‘amalan mutaqabbalan
Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang berguna, rezki yang baik dan amal yang baik Diterima. (h.r. Ibnu Majah)

11. Do’a Menyambut Petang Hari
Amsainaa wa amsal mulku lillaahi walhamdulillahi, laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu. Allahumma innii as’aluka min khairi haadzihil lailati wa khhaiiri maa fiihaa, wa a’uudzu bika min syarrihaa wa syarrimaa fiihaa. Allaahumma innii a’udzuu bika minal kasali walharami wa suu’il kibari wa fitnatid dun-yaa wa ‘adzaabil qabri.
Artinya : Kami telah mendapatkan petang, dan jadilah kekuasaan dan segala puji kepunyaan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan malam ini dan kebaikan yang terdapat padanya dan aku berlindung dengan-Mu dari kejahatannya dan kejahatan yang terdapat padanya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari malas, tua bangka, dan dari keburukan lanjut umur dan gangguan dunia dan azab kubur. (HR. Muslim)
Allaahumma anta rabbii, laa ilaaha illaa anta, ‘alaika tawakakaltu wa anta rabbul ‘arsyil ‘azhiimi, maa syaa’allahu kaana, wa maa lam yasya’ lam yakun. Laa haula wa laa quwwata illaa billahil ‘alliyyil ‘azhiimi. A’lamu annallaaha ‘alaa kuli syai’in qadiirun, wa annallahu qad ahaatha bukillin syai’in ‘ilman. Allahumma innii a’uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarri kuli daabbatin anta aakhidzun bi naashiyatihaa. Inaa rabbii’alaa shiraathin mustaqiimin.
Artinya : Ya allah, Engkaulah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang lain kecuali Engkau, kepada-Mu aku bertawakkal, dan engkau adalah penguasa ‘Arasy Yang Maha Agung, apa yang dekehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, tidak akan terjadi, tidak ada daya dan uapaya melainkan dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Aku mengetahui bahwa Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, dan bahwa pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kejahatan dariku, dan kejahatan setiap binatang yang melata yang Engkau dapat bertindak terhadapnya, sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.

12. Do’a Masuk Rumah
Assalaamu ‘alaynaa wa ‘ alaa ‘ibaadillahish shaalihiina. Allaahumma innii as-aluka khayral mawliji wa khayral makhraji. Bismillahi walajnaa wa bismillaahi kharahnaa wa ‘alallahi tawakkalnaa, alhamdulilaahil ladzii awaanii.
Artinya : Semoga Allah mencurahkan keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba-Nya yang shalih. Ya Allah, bahwasanya aku memohon pada-Mu kebaikan tempat masuk dan tempat keluarku. Dengan menyebut nama-Mu aku masuk, dan dengan mneyebut nama Allah aku keluar. Dan kepada Allah Tuhan kami, kami berserah diri. Segala puji bagi Allah yang telah melindungi kami. (HR. Abu Daud)

13. Do’a Keluar Rumah
Bismilaahi tawakkaltu ‘alallahi wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi.
Artinya : Dengan menyebut nama Allah, aku menyerahkan diriku pada Allah dan tidak ada daya dan kekuatan selain dengan Allah saja. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

14. Do’a Menuju Masjid
Allaahummaj’al fii qalbii nuuran wa fii lisaanii nuuran waj’al fii sam’ii nuuran waj’al fii basharii nuuran waj’al min khalfii wa min amaamii nuuran waj’al min fawqii nuuran wa min tahtii nuuran. Allahumma a’thinii nuuran.
Artinya : Ya Allah, jadikanlah dalam qalbuku nur, dalam lisanku nur, jadikanlah dalam pendengaranku nur dan dalam penglihatanku nur. Jadikanlah dari belakang-ku nur dan dari depanku nur. Jadikanlah dari atasku nur dan dari bawahku nur. Ya Allah, berilah aku nur tersebut. (HR.Muslim)

15. Do’a Masuk Masjid
A’uudzu billahil ‘aliyyil ‘azhiimi. Wa biwajhihil kariimi, wa bisulthaanihil qadiimi minasy syaythaanir rajiimi alhamdu lillahi rabbil ‘aalamiina. Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin. Allaahumaghfirlii dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatika.
Artinya : Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan demi wajah-Nya Yang Maha Mulia dan dengan kekuasaan-Nya Yang tak berpermulaan (berlindung aku) dari kejahatan syaitan yang terkutuk. Segala puji kepunyaan Allah Tuhan semesta alam. Ya Allah, sanjung dan selamatkanlah Nabi Muhammad saw. Dan keluarganya. Ya Allah, ampunilah segala dosaku dan bukakanlah bagiku segala pintu rahmat-Mu. (h.r. Abu Daud)
Allaahummaftah lii abwaaba rahmatika.
Artinya : Ya Allah, bukakanlah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu. (h.r. Muslim)

16. Do’a Keluar Masjid
Allaahumma innii as’aluka min fadhlika
Artinya : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu karunia-Mu. (HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasa’I dan Ibnu Majah)

17. Do’a Masuk WC
Allaahumma innii a’uudzubika minal khubutsi wal khabaa’itsi.
Artinya : Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari syaitan besar laki-laki dan betina. (HR. Bukhari dan Muslim)

18. Do’a Keluar WC
Ghufraanaka. Alhamdulillaahil ladzii adzhaba ‘annjil adzaa wa’aafaanii.
Artinya : Ku memohon ampunan-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakitku dan telah menyembuhkan/menyelamatkanku. (HR. Abu Daud)

19. Sewaktu Bepergian
Allahumma bika asra’iinu wa ‘alayka atawakkalu. Allaahumma dzallil lii shu’uubata amrii wa sahhil ‘alayya masyaqqata safarii warzuqnii minal khayri aktsara mim maa athlubu washrif ‘ annii kulla syarrin. Rabbisyarahlii shadrii wa yassirlii amrii. Allaahumma innii astahfizhuka wa astawdi’uka nafsii wa diinii wa ahlii wa aqaaribii wa kulla maa an’amta ‘alayya wa ‘alayhim bihi min aakhiratin wa dun-yaa, fahfazhnaa ajma’iina min kulli suu’in yaa kariimu, da’waahum fiihaasubhaanakallahumma wa tahiyyatuhum fitha salaamun, wa aakhiru da’waahum ‘anil hamdu lilaahi rabbil ‘ aalamiiina, wa shallallahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa’alaa aalihii wa shahbihii wa sallama.
Artinya : Ya Allah, aku memohon pertolongann-Mu dan kepada-Mu aku menyerahkan diri. Ya Allah, mudahkanlah kesulitan urusanku dan gampangkanlah kesukaran perjalananku, berilah padaku rezeki yang baik dan lebih banyak dari apa yang kuminta. Hindarkanlah dariku segala keburukan. Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah segala urusanku.
Ya Allah, kumohon pemeliharaan-Mu dan kutitipkan diriku kepada-Mu, agamaku, keluargaku, kerabatku dan semua yang Engkau ni’matkan padaku dan kepada mereka, semenjak dari akhirat dan dunia. Peliharalah kami semua dari keburukan, Ya Allah Yang Maha Mulia. Do’a mereka (dalam surga) ialah : “Subhaanakallahumma” (artinya : Maha Suci Engkau ya Allah). Ucapan sanjungan mereka di dalamnya ialah : “Salaam” (artinya : keselamatan).
Dan akhir do’a mereka padanya ialah“Alhamdulillahi rabbil aalamiin”, (artinya : Segala puji bagi Allah Tuhan seantero alam). Dan semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan kepada Nabi Muhammad saw. Dan kepada keluarganya dan kepada sahabatnya, semoga Allah memberinya keselamatan. (Disebutkan oleh an-Nawawi)

20. Do’a Tiba di Tujuan
Alhamdulillaahil ladzi sallamanii wal ladzii aawaanii wal ladzii jama’asy syamla bii.
Artinya : Segala puji bagi Allah, yang telah menyelamatkan aku dan yang telah melindungiku dan yang mengumpulkanku dengan keluargaku.

21. Do’a Ketika Bercermin
Alhamdulillaahil ladzii sawwaa khalqii fa’addalahu wa karrama shuurata wajhii fahassanahaa waja’alanii minal muslimiina.
Artinya : Segala puji bagi Allah yang menyempurnakan kejadianku dan memperindah dan memuliakan rupaku lalu, membaguskannya dan menjadikan aku orang Islam. (HR. Ibnu as-Sani)
Allaahumma kamaa hassanta khalqii fahassin khuluqii
Artinya : Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku, maka perindah pulalah akhlakku. (HR. Ahmad)

22. Do’a Ketika Hendak Berpakaian
Biismilaahirrahmaanirrahiimi. Allaahumma innii as-aluka min khayrihi wa khayri maa huwa lahu wa a’uudzubika min syarrihi wa khayri maa huwa lahu.
Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan pakaian ini dan dari kebaikan sesuatu yang ada di pakaian ini. Dan aku berlindung pada-Mu dari kejahatan pakaian ini dan kejahatan sesuatu yang ada di pakaian ini.
Alhamdulillahilladzii kasaanii hadzaa wa razaqaniihi min ghayri hawlin minnii wa laa quwatin.
Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah memakaikan pakaian ini kepadaku dan mengkaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Ibnu as-Sani)

23. Do’a Ketika Hendak Bersetubuh
Bismillaahi, allahumma jannibnasy syaythaana wa jannibisy syaythaana maa razaqtanaa.
Artinya : Dengan nama Allah, ya Allah; jauhkanlah kami dari gangguan syaitan dan jauhkanlah syaitan dari rezki (bayi) yang akan Engkau anugerahkan pada kami. (HR. Bukhari)

24. Do’a Masuk Pasar
Bismillahi, allahumma innii as-aluka khayra haadzihiz suuqi wa khayra maa fiihaa, wa a’uudzu bika min syarri haadzihis suuqi wa min syarri maa fiithaa. Allahumma innii a’uudzu bika an ushiiba fiihaa yamiinaam faajiratan aw shafagatan khaasiratan.
Artinya : Dengan nama Allah ya Allah aku memohon pada-Mu kebaikan pasar ini dan kebaikan yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pasar ini dan dari keburukan yang ada didalamnya. Dan aku berlindung pada-Mu dari sumpah palsu dan dari suatu pembelian atau penjualan yang merugikan. (HR. Hakim)

Cerita dari Spanyol

Suatu sore, ditahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencenkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan. Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika ‘algojo penjara’ itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu ‘jenggel’ milik tuan Roberto yang fanatik Kristen itu akan mendarat di wajah mereka
Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara yang amat ia benci.
“Hai…hentikan suara jelekmu! Hentikan…!” Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu’nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.
Sungguh ajaib… Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata Rabbi, wa ana ‘abduka… Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, “Bersabarlah wahai ustadz…InsyaALlah tempatmu di Syurga.”
Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, ‘algojo penjara’ itu bertambah memuncak amarahnya. Ia diperintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.
“Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu! Ketahuilah orang tua dungu, bumi Sepanyol ini kini telah berada dalam kekuasaan bapak kami, Tuhan Yesus. Anda telah membuat aku benci dan geram dengan ‘suara-suara’ yang seharusnya tak pernah terdengar lagi di sini. Sebagai balasannya engkau akan kubunuh. Kecuali, kalau engkau mau minta maaf dan masuk agama kami.”
Mendengar ‘khutbah’ itu orang tua itu mendongakkan kepala, menatap Roberto dengan tatapan tajam dan dingin. Ia lalu berucap, “Sungguh…aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah. Bila kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh.”
Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu lars Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah ‘buku kecil’. Adolf Roberto bermaksud memungutnya.Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
“Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!” bentak Roberto. “Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!” ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto.
Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu lars berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto.
Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan ‘algojo penjara’ itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.
Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.
“Ah…sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini.” suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan ‘aneh’ dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol.
Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi [lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia].
Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab [jilbab] digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.
Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.
Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi yang tak sudah bernyawa, sembari menggayuti abuyanya. Sang bocah berkata dengan suara parau, “Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa….? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi…”
Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocaah itu berteriak memanggil bapaknya, “Abi…Abi…Abi…”
Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.
“Hai…siapa kamu?!” teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. “Saya Ahmad Izzah,sedang menunggu Ummi…” jawab sang bocah memohon belas kasih.
“Hah…siapa namamu bocah, coba ulangi!” bentak salah seorang dari mereka.
“Saya Ahmad Izzah…” sang bocah kembali menjawab dengan agak grogi. Tiba-tiba ‘plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.
“Hai bocah…! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang ‘Adolf Roberto’…Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!” ancam laki-laki itu.
Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka. Roberto tersadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah ‘tanda hitam’ ia berteriak histeris, “Abi…Abi…Abi…”

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai ‘tanda hitam’ pada bahagian pusar.
Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, “Abi… aku masih ingat alif, ba, ta, tsa…” Hanya sebatas kata itu yang masih terakam dalam benaknya.
Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.
“Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuhi Abi, tunjukkan aku pada jalan itu…” Terdengar suara Roberto memelas.
Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.
Sang Abi dengan susah payah masih bisa terucap. “Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,”
Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah Indah “Asyahadu anla Illaaha ilAllah, wa asyahadu anna Muhammad Rasullullah…”. Beliau pergi dengan menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.
Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agamanya, Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru berguru dengannya…’ Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.
Benarlah firman Allah… ‘Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’ [QS30:30]

Istri Nabi Muhammad Saw: Maimunah

Maimunah Binti Al-Harits Ummul Mu’minin Dialah Maimunah binti al-Harits bin Huzn bin al-Hazm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’ah al-Hilaliyah. Ia saudari dari Ummu Fadhl istri Abbas dan bibi dari Khalid bin Walid dan juga bibi dari Ibnu Abbas.
Beliau termasuk pemuka kaum wanita yang masyhur dengan keutamaannya, nasabnya, dan kemulyaannya. Pada mulanya beliau menikah dengan Mas’ud bin Amru ats-Tsaqafi sebelum masuk Islam. Namun, beliau banyak mondar-mandir ke rumah saudaranya Ummu Fadhl sehingga beliau mendengar sebagian kajian-kajian Islam dan tentang nasib kaum muslimin yang berhijrah, sampai kabar tentang Badar dan Uhud yang menimbulkan bekas mendalam pada dirinya.
Tatkala tersiar berita kemenangan kaum muslimin pada Perang Khaibar, kebetulan Maimunah berada di rumah saudara kandungnya, Ummu Fadhl, beliau turut senang dan sangat bergembira. Namun, tatkala dia pulang ke rumah suaminya ternyata beliau mendapati suaminya bersedih dan berduka cita karena kemenangan kaum muslimin. Hal inilah yang kemudian memicu mereka pada pertengkaran yang mengakibatkan perceraian. Akhirnya, beliau keluar dan menetap di rumah al-Abbas.
Waktupun berjalan sampai tibalah waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian Hudaibiyyah, Nabi SAW diperbolehkan masuk Mekah dan tinggal di dalamnya selama tiga hari untuk menunaikan haji dan orang-orang Quraisy harus membiarkannya.
Pada hari itu kaum muslimin masuk Mekah dengan rasa aman. Mereka mencukur rambut kepalanya dengan tenang tanpa ada rasa takut. Benarlah janji yang haq dan terdengarlah suara orang-orang mukmin membahana, “Labbaika Allahumma labbaika, labbaika laa syarika laka labbaika ..” (Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, aku memenuhi panggilan-Mu , tiada sekutu bagimu).
Mereka mendatangi Mekah dalam rangka melaksanakan umrah yang sempat tertunda, setelah beberapa waktu bumi Mekah dalam kekuasaan orang-orang musyrik. Debu tanah mengepul di bawah kaki orang-orang musyrik yang dengan segera menuju bukit-bukit dan gunung-gunung karena tak kuasa melihat Muhammad dan para sahabatnya kembali ke Mekah dengan terang-terangan, dengan kekuatan dan penuh wibawa.
Maimunah adalah salah seorang yang menyembunyikan keimanannya. Beliau mendengarkan suara yang keras penuh keagungan dan kebesaran. Beliau tidak berhenti sebatas menyembunyikan keimanan, tetapi lebih dari itu, beliau ingin agar dapat masuk Islam secara sempurna dan penuh izzah (kewibawaan) yang tulus agar terdengar oleh semua orang tentang keinginannya untuk masuk Islam.
Di antara harapannya adalah kelak akan bernaung di bawah atap nubuwwah (kenabian), sehingga dapat minum pada mata airnya demi memenuhi dahaga perilakunya yang haus akan akidah yang istimewa untuk mengubah kehidupannya menjadi seorang pemuka bagi generasi yang akan datang.
Beliau pun segera menuju saudara kandungnya, Ummu Fadhl dengan perasaan yang tergesa-gesa untuk menjadi salah satu dari Ummahatul Mukminin. Saudarinya kemudian membicarakan dengan suaminya al-’Abbas dan diserahkanlah urusan tersebut kepadanya. Al-Abbas sendiri tidak ragu sedikit pun menanggapi hal itu. Segeralah dia menemui Nabi saw dan menawarkan Maimunah kepada beliau. Akhirnya, Nabi SAW menerimanya dengan mahar 400 dirham.
Dalam riwayat yang lain, Maimunah adalah seorang wanita yang menghibahkan (menyerahkan) dirinya kepada Nabi SAW sehingga turunlah ayat dari Allah, “..dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi menikahinya sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin..”(Al-Ahzab: 50).
Ketika sudah berlalu tiga hari sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian Hudaibiyah, orang-orang Quraisy mengutus seseorang kepada Nabi SAW. Mereka mengatakan, “Telah habis waktumu, maka keluarlah dari kami.” Maka Nabi SAW menjawab dengan ramah, “Bagaimana menurut kalian jika kalian biarkan kami, sehingga aku merayakan pernikahanku di tengah-tengah kalian dan kami suguhkan makanan untuk kalian?”
Mereka menjawab dengan kasar, “Kami tidak butuh makananmu, maka keluarlah dari negeri kami!”
Sungguh ada rasa keheranan yang disembunyikan pada diri kaum musyrikin selama tinggalnya Nabi SAW di Makkah, karena kedatangan beliau meninggalkan kesan yang mendalam pada banyak jiwa. Sebagai bukti dialah Maimunah binti al-Harits. Dia tidak hanya cukup menyatakan keislamannya, tetapi lebih dari itu beliau daftarkan dirinya menjadi istri Rasul SAW sehingga membangkitkan kemarahan mereka.
Untuk berjaga-jaga, Rasulullah SAW tidak mengadakan Walimatul ‘Ursy dirinya dengan Maimunah di Mekah. Beliau mengijinkan kaum muslimin berjalan menuju Madinah.
Tatkala sampai di suatu tempat yang disebut “Sarfan” yang berjarak 10 mil dari Makkah, Nabi memulai malam pertamanya bersama Maimunah RA. Hal itu terjadi pada bulan Syawal tahun ke-7 Hijriyah.
Selanjutnya, sampailah Rasulullah SAW bersama Maimunah di Madinah, lalu Maimunah menetap di rumah Nabi SAW yang suci.
Setelah Rasulullah SAW wafat, tinggallah Maimunah sendirian hingga 50 tahun. Semuanya beliau jalani dengan baik dan takwa serta setia kepada suaminya. Hingga karena kesetiaannya kepada suaminya, beliau berpesan agar dimakamkan di tempat dilaksanakannya Walimatul ‘Ursy dengan Rasulullah.
‘Atha’ berkata, “Setelah beliau wafat, saya keluar bersama Ibnu Abbas seraya berkata, “Apabila kalian mengangkat jenazahnya, maka janganlah kalian menggoncang-goncangkan atau menggoyang-goyangkannya.” Beliau juga berkata, “Lemah lembutlah kalian dalam memperlakukannya, karena dia adalah ibumu.”
Aisyah berkata setelah wafatnya Maimunah, “Demi Allah, Maimunah telah pergi, mereka dibiarkan berbuat sekehendaknya. Adapun beliau, demi Allah, orang yang paling takwa di antara kami dan yang paling banyak bersilaturrahim.”
Semoga keselamatan selalu tercurah kepada Maimunah yang dengan langkahnya telah membuahkan pengaruh yang begitu besar dalam mengubah pandangan hidup orang-orang musyrik dari jahiliyyahnya menuju dienullah seperti Khalid bin Walid dan Amru bin ‘Ash. Kiranya Allah meridhai para sahabat seluruhnya.

Istri Nabi Muhammad Saw: Shafiyah

Shafiyah Binti Huyai Radhiallaahu ‘Anha Beliau adalah Shafiyyah binti Huyai binti Akhthan bin Sa’yah cucu dari Al-Lawi bin Nabiyullah Israel bin Ishaq bin Ibrahim a.s., termasuk keturunan Rasulullah Harun a.s. Shafiyyah adalah seorang wanita yang cerdas dan memiliki kedudukan yang terpandang, berparas cantik dan bagus diennya.
Sebelum Islamnya beliau menikah dengan Salam bin Abi Al-Haqiq, kemudian setelah itu dia menikah dengan Kinanah bin Abi Al-Haqiq. Keduanya adalah penyair yahudi.
Kinanah terbunuh pada waktu perang Kkaibar, maka beliau termasuk wanita yang di tawan bersama wanita-wania lain. Bilal “Muadzin Rasululllah” menggiring Shafiyyah dan putri pamannya. Mereka melewati tanah lapang yang penuh dengan mayat-mayat orang Yahudi. Shafiyyah diam dan tenang dan tidak kelihatan seduh dan tidak pula meratap mukanya, menjerit dan menaburkan pasir pada kepalanya.
Kemudian keduanya dihadapkan kepada Rasulullah SAW, Shafiyyah dalam keadaan sedih namun tetap diam, sedangkan putri pamannya kepalanya penuh pasir, merobek bajunya karena merasa belum cukup ratapannya. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Enyahkanlah syetan ini dariku.”
Kemudian Rasulullah SAW mendekati Shafiyyah kemudian mengarahkan pandangan atasnya dengan ramah dan lembut, kemudian bersabda kepada Bilal, “Wahai Bilal aku berharap engkau mendapat rahmat tatkala engkau bertemu dengan dua orang wanita yang suaminya terbunuh.”
Selanjutnya Shafiyyah dipilih untuk beliau dan beliau mengulurkan selendang beliau kepada Shafiyyah, hal itu sebagai pertandan bahwa Rasulullah SAW telah memilihnya untuk dirinya.
Hanya kaum muslimin tidak mengetahui apakah Shafiyyah di ambil oleh Rasulullah SAW sebagai istri atau sebagai budak atau sebagai anak? Maka tatkala beliau berhijab Shafiyyah, maka barulah mereka tahu bahwa Rasulullah SAW mengambilnya sebagai istri.
Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas r.a. bahwa Rasulullah tatkala mengambil Shafiyyah binti Huyai beliau bertanya kepadanya,”Maukah engkau menjadi istriku?”Maka Shafiyyah menjawab,”Ya Rasulullah sungguh aku telah berangan-angan untuk itu tatkala masih musyrik, maka bagaimana mungkin aku tidak inginkan hal itu manakala Allah memungkinkan itu saat aku memeluk Islam?”
Kemudian tatkala Shafiyyah telah suci Raslullah SAW menikahinya, sedangkan maharnya adalah merdekanya Shafiyyah. Nabi SAW menanti sampai Khaibar kembali tenang. Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan perjalanannya ke Madinah bersama bala tentaranya, tatkala mereka sampai di Shabba’ jauh dari Khaibar mereka berhenti untuk beristirahat. Pada saat itulah timbul keinginan untuk merayakan walimatul ‘urs.
Maka didatangkanlah Ummu Anas bin Malik r.a, beliau menyisir rambut Shafiyyah, menghiasi dan memberi wewangian hingga karena kelihaian dia dalam merias, Ummu Sinan Al-Aslamiyah berkata bahwa beliau belum pernah melihat wanita yang lebih putih dan cantik dari Shafiyyah yang usianya baru 17 tahun itu. Maka diadakanlah walimatul ‘urs, maka kaum muslimin memakan lezatnya kurma, mentega, dan keju Khaibar hingga kenyang.
Tatkala rombongan sampai di Madinah Rasulullah perintahkan agar pengantin wanita tidak langsung di ketemukan dengan istri-istri beliau yang lain. Beliau turunkan Shafiyyah di rumah sahabatnya yang bernama Haritsah bin Nu’man. Ketika wanita-wanita Anshar mendengar kabar tersebut, mereka datang untuk melihat kecantikannya.
Nabi SAW memergoki ‘Aisyah keluar sambil menutupi dirinya serta berhati-hati (agar tidak dilihat Nabi) kemudian beliau masuk kerumah Haritsah bin Nu’man. Maka beliau menunggunya sampai ‘Aisyah keluar. Maka tatkala beliau keluar, Rasulullah memegang bajunya seraya bertanya dengan tertawa,”bagaimana menurut mendapatmu wahai yang kemerah-merahan?” Aisyah menjawab sementara cemburu menghiasi dirinya, “Aku lihat dia adalah wanita Yahudi.” Maka Rasulullah SAW membantahnya dan bersabda, “Jangan berkata begitu..karena sesungguhnya dia telah Islam dan bagus keislamannya.”
Selajutnya Shafiyyah berpindah ke rumah Nabi menimbulkan kecemburuan istri-istri beliau yang lain karena kecantikannya. Mereka juga mengucapkan selamat atas apa yang telah beliau raih. Bahkan dengan nada mengejek mereka mengatakan bahwa mereka adalah wanita-wanita Quraisy, wanita-wanita Arab sedangkan dirinya adalah wanita asing.
Bahkan suatu ketika sampai keluar dari lisan Hafshah kata-kata,”Anak seorang Yahudi” hingga menyebabkan beliau menangis. Tatkala itu Nabi masuk sedangkan Shafiyyah masih dalam keadaan menangis. Beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Beliau menjawab, Hafshah mengatakan kepadaku bahwa aku adalah anak seorang Yahudi. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Engkau adalah seorang putri seorang Nabi dan pamanmu adalah seorang Nabi, suamimu pun juga seorang Nabi lantas dengan alasan apa dia mengejekmu?” Kemudian beliau bersabda kepada Hafshah,”Bertakwalah kepada Allah wahai Hafshah!”
Maka kata-kata Nabi itu menjadi penyejuk, keselamatan dan keamanan bagi Shafiyyah. Selanjutnya manakala dia mendengar ejekan dari istri Nabi yang lain maka diapun berkata, “Bagaimana bisa kalian lebih baik dariku, padahal suamiku adalah Muhammad, ayahku adalah Harun dan pamanku adalah Musa?”
Shafiyyah r.a. wafat tatkala berumur sekitar 50 tahun, ketika masa pemerintahan Mu’awiyah. Beliau dikuburkan di Baqi’ bersama Ummuhatul Mukminin. Semoga Allah meridhai mereka semua

Istri Nabi Muhammad Saw: Ummu Habibah

Ummu Habibah Beliau adalah Ramlah binti Abu Sufyan, ayahnya seorang pemuka Quraisy dan pemimpin orang-orang musyrik hingga Fathu Makkah. Meski bapaknya memaksa agar kembali kafir, akan tetapi beliau tetap beriman. Beliau rela menanggung beban yang berat dan melelahkan karena memperjuangkan akidahnya. Bapaknya, Abu Sufyan, tak kuasa memaksakan kehendaknya agar putrinya tetap dalam keadaan kafir.
Pada mulanya beliau menikah dengan seorang yang sama-sama telah memeluk Islam, yaitu Ubaidillah bin Jahsy. Tatkala orang-orang kafir berbuat kejam atas orang-orang Islam, Ramlah berhijrah menuju Habsyah bersama suaminya. Di sanalah beliau melahirkan anak perempuan yang diberi nama Habibah, sehingga beliau dikenal dengan sebutan Ummu Habibah.
Beliau senantiasa bersabar dalam memikul beban lantaran memperjuangkan agamanya dalam keterasingan dan hanya seorang diri, jauh dari keluarga dan kampung halaman, bahkan terjadi musibah yang tidak beliau sangka sebelumnya.
Beliau bercerita, “Aku melihat dalam mimpi, suamiku Ubaidillah bin Jahsy dengan bentuk yang sangat buruk dan menakutkan. Maka aku terperanjat dan bangun, kemudian aku memohon perlindungan kepada Allah dari hal itu. Ternyata tatkala pagi harinya suamiku telah memeluk agama nasrani. Maka aku ceritakan mimpiku kepadanya, namun dia tidak menggubrisnya.”
Si Murtad yang celaka ini mencoba dengan segala kemampuannya untuk membawa istrinya keluar dari agamanya, namun Ummu Habibah menolaknya dan dia telah merasakan lezatnya iman. Bahkan, beliau justru mengajak suaminya agar tetap dalam agama Islam, namun dia malah menolak dan membuang jauh ajakan tersebut dan dia semakin asyik dengan khamr. Hal itu berlangsung hingga dia meninggal dunia.
Hari-hari berlalu di bumi hijrah Ummu Habibah. Beliau berada dalam dua ujian, yakni ujian karena jauhnya dengan sanak saudara dan kampung halaman dan ujian karena menjadi seorang janda tanpa seorang pendamping.
Akan tetapi, beliau dengan keimanan yang tulus yang telah Allah karuniakan kepadanya mampu menghadapi ujian berat tersebut. Allah berkehendak untuk membulatkan tekadnya, maka dia melihat dalam mimpinya ada yang menyeru dia, “Wahai Ummul Mukminin….!” Karenanya beliau terperanjat bangun sebab mimpi tersebut. Beliau menakwilkan mimpi tersebut bahwa Rasulullah kelak akan menikahinya.
Setelah masa iddahnya, tiba-tiba ada seorang jariyah (budak perempuan) dari Najasyi yang memberitahukan kepada beliau bahwa dirinya telah dipinang oleh Rasulullah saw. Alangkah bahagianya Ummu Habibah mendengar kabar gembira itu hingga berkata, “Semoga Allah memberikan kabar gembira untukmu.”
Kemudian beliau menanggalkan perhiasan dan gelang kakinya untuk diberikan kepada jariyah karena sangat senangnya. Beliau kemudian meminta Khalid bin Sa’id bin al-’Ash untuk menjadi wakil baginya agar menerima lamaran Najasyi yang mewakili Rasulullah saw untuk menikahkan beliau dengan Ummu Habibah setelah beliau mendengar berita tentang keadaan Ummu Habibah dan ujian yang dihadapinya dalam mempertahankan agamanya.
Maka, pada suatu sore hari raja Najasyi mengumpulkan kaum muslimin yang berada di Habasyah, lalu datanglah mereka dengan dikawal oleh Ja’far bin Abu Thalib, putra paman Nabi saw. Selanjutnya, Raja Najasyi menyambut, “Segala puji bagi Allah Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan yang Haq Selain Allah, dan Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah yang telah diberitahukan oleh Isa bin Maryam Alaihi as-Salam. Amma Ba’du, sesungguhnya Rasulullah saw telah mengirim surat untukku supaya melamar Ummu Habibah binti Abu Sufyan dan Ummu Habibah telah menerima lamaran Rasulullah, adapun maharnya adalah 400 dinar.” Kemudian uang tersebut Beliau letakkan di depan kaum muslimin.
Kemudian, Khalid bin Sa’id berkata, “Segala puji bagi Allah, aku memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, Allah mengutusnya dengan membawa hidayah dan dien yang haq untuk memenangkan dien-Nya, sekalipun orang-orang musyrik benci.
Amma Ba’du, akau terima lamaran Rasulullah saw dan aku nikahkan beliau dengan Ummu Habibah binti Abu Sufyan, semoga Allah memberkahi Rasulullah saw. Selanjutnya, Najasyi menyerahkan dinar tersebut kepada Khalid bin Sa’d, kemudian beliau terima. Najasyi mengajak para sahabat untuk mengadakan walimah dengan mengatakan, “Kami persilahkan Anda sekalian untuk duduk, karena sesungguhnya sunnah para nabi apabila menikah hendaklah makan-makan untuk merayakan pernikahan.”
Setelah kemenangan Khaibar, sampailah rombongan Muhajirin dari Habasyah. Maka, Raululullah saw menyambut, “Dengan sebab apa aku harus bergembira, karena kemenangan Khaibar atau karena datangnya Ja’far?” Sementara itu, Ummu Habibah juga datang bersama rombongan. Maka, bertemulah Rasululllah saw dengannya pada tahun keenam atau ketujuh hijriyah. Ketika itu Ummu Habibah berumur 40 tahun.
Sebagai seorang istri, Ummu Habibah selalu menempatkan urusan agama di atas segala-galanya, beliau utamakan akidah daripada famili. Beliau telah mengumandangkan bahwa loyalitasnya hanya untuk Allah dan Rasul-Nya.
Hal itu dibuktikan dengan sikapnya terhadap ayahnya Abu Sufyan, tatkala Abu Sufyan suatu ketika masuk ke dalam rumah Ummu Habibah, sedangkan beliau sudah menjadi istri Rasulullah saw. Abu Sufyan pada waktu itu meminta bantuan kepada beliau agar menjadi perantara antara dirinya dengan Rasulullah saw untuk memperbaharui perjanjian Hudaibiyyah yang telah dikhianati sendiri oleh orang-orang musyrik.
Abu Sufyan ingin duduk di atas tikar Nabi saw, namun tiba-tiba dilipat oleh Ummu Habibah, maka Abu Sufyan bertanya dengan penuh keheranan,”Wahai putriku, aku tidak tahu, mengapa engkau melarangku duduk di atas tikar itu?”
Beliau menjawab dengan penuh keberanian dan tanpa rasa takut akan kemarahannya, ini adalah tikar Rasulullah, sedangkan engkau adalah orang musyrik yang najis, aku tidak ingin engkau duduk di atas tikar Rasulullah.” Abu Sufyan berkata, “Demi Allah, engkau akan menemui hal buruk sepeninggalku nanti.”
Ummu Habibah menjawab dengan penuh wibawa dan percaya diri, “Bahkan semoga Allah memberikan hidayah kepadaku dan juga kepada Anda wahai ayah, pemimpin Quraisy, apa yang menghalangimu masuk Islam? Engkau menyembah batu yang tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar.” Abu Sufyan kemudian pergi dengan marah dan membawa kegagalan.
Setelah Rasulullah saw wafat, Ummu Habibah tetap tinggal di rumahnya. Beliau tidak keluar kecuali untuk salat dan beliau tidak meninggalkan Madinah kecuali untuk haji hingga sampailah waktu wafatnya, tatkala berumur tujuh puluhan tahun. Beliau wafat setelah memberikan keteladanan yang paling tinggi dalam menjaga kewibawaan agamanya dan bersemangat atasnya, tinggi dan mulya jauh dari pengaruh jahiliyah, dan tidak menghiraukan nasab ketika bertentangan dengan akidahnya, semoga Allah meridhainya.
***
Sumber: Diadaptasi dari Nisa’ Haula ar-Rasuli, Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Musthafa Abu an-Nashr asy-Syalabi
Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Istri Nabi Muhammad Saw: Juwairiyah

Juwairiyah Binti Al-Harits Beliau adalah Juwairiyah Binti al-Harits Bin Abi Dhirar bin al-Habib al-Khuza’iyah al-Mushthaliqiyyah.
Beliau adalah secantik-cantik seorang wanita. Beliau termasuk wanita yang ditawan tatkala kaum muslimin mengalahkan Bani Mushthaliq pada saat perang Muraisi’.
Hasil Undian Juwairiyyah adalah bagian untuk Tsabit Bin Qais bin syamas atau anak pamannya, tatkala itu Juwairiyyah berumur 20 tahun. Dan akhirnya beliau selamat dari kehinaan sebagai tawanan/rampasan perang dan kerendahannya.
Beliau menulis untuk Tsabit bin Qais (bahwa beliau hendak menebus dirinya), kemudian mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi iba-lah hati Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya.
Maka beliau bertanya kepada Juwairiyyah: “Maukah engkau mendapatkan hal yang lebih baik dari itu ?”.
Maka dia menjawab dengan sopan: “Apakah itu Ya Rasulullah ?”.
Beliau menjawab: “Aku tebus dirimu kemudian aku nikahi dirimu!”.
Maka tersiratlah pada wajahnya yang cantik suatu kebahagiaan sedangkan dia hampir-hampir tidak perduli dengan kemerdekaan dia karena remehnya. Beliau menjawab:”Mau Ya Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Aku telah melakukannya”.
‘Aisyah, Ummul Mukmini berkata:”Tersebarlah berita kepada manusia bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam telah menikahi Juwairiyyah binti al-Harits bin Abi Dhirar.
Maka orang-orang berkata, “Kerabat Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam! Maka mereka lepaskan tawanan perang yang mereka bawa, maka sungguh dengan pernikahan beliau Shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan Juwairiyyah manjadi sebab dibebaskannya seratus keluarga dari Bani Mushthaliq. Maka aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyyah.
Dan Ummul Mukminin ‘Aisyah menceritakan perihal pribadi Juwairiyyah, “Juwairiyyah adalah seorang wanita yang manis dan cantik, tiada seorangpun yang melihatnya melainkan akan jatuh hati kepadanya.
Tatkala Juwairiyyah meminta kepada Rasulullah untuk membebaskan dirinya sedangkan -demi Allah- aku telah melihatnya melalui pintu kamarku, maka aku merasa cemburu karena menduga bahwa Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam akan melihat sebagaimana yang aku lihat.
Maka masuklah pengantin wanita, Sayyidah Bani Mushthaliq kedalam rumah tangga Nubuwwah. Pada Mulanya, nama Beliau adalah Burrah namun Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam menggantinya dengan Juwairiyyah karena khawatir dia dikatakan keluar dari biji gandum.
Ibnu Hajar menyebutkan di dalam kitabnya, al-Ishabah tentang kuatnya keimanan Juwairiyyah radhiallaahu ‘anha. Beliau berkata, “Ayah Juwairiyyah mendatangi Rasul dan berkata, Sesungguhnya anakku tidak berhak ditawan karena terlalu mulia dari hal itu.”
Maka Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagaimana pendapatmu seandainya anakmu disuruh memilih di antara kita, apakah anda setuju?”.
“Baiklah”, katanya. Kemudian ayahnya mendatangi Juwairiyyah dan menyuruhnya untuk memilih antara dirinya dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau menjawab, “Aku memilih Allah dan Rasul-Nya”.
Ibnu Hasyim meriwayatkan bahwa akhirnya ayah beliau yang bernama al-Harits masuk Islam bersama kedua putranya dan beberapa orang dari kaumnya. Ummul Mukminin, Juwairiyyah wafat pada tahun 50 H. Ada pula yang mengatakan tahun 56 H.
Semoga Allah merahmati Ummul Mukminin, Juwairiyyah karena pernikahannya dengan Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam membawa berkah dan kebaikan yang menyebabkan kaumnya, keluarganya dan orang-orang yang dicintainya berpindah dari memalingkan ibadah untuk selian Allah dan kesyirikan menuju kebebasan dan cahaya Islam beserta kewibawaannya.
Hal itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hikmah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam beristri lebih dari satu

Istri Nabi Muhammad Saw: Zainab

Zainab Binti Jahsy -Radhiallaahu ‘Anha- Dia adalah Ummul mukminin, Zainab binti Jahsy bin Rabab bin Ya’mar. Ibu beliau bernama Ummyah Binti Muthallib, Paman dari paman Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam . Pada mulanya nama beliau adalah Barra’, namun tatkala diperistri oleh Rasulullah, beliau diganti namanya dengan Zainab.
Tatkala Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam melamarnya untuk budak beliau yakni Zaid bin Haritsah (kekasih Rasulullah dan anak angkatnya), maka Zainab dan juga keluarganya tidak berkenan. Rasulullah bersabda kepada Zainab, “Aku rela Zaid menjadi suamimu”. Maka Zainab berkata: “Wahai Rasulullah akan tetapi aku tidak berkenan jika dia menjadi suamiku, aku adalah wanita terpandang pada kaumku dan putri pamanmu, maka aku tidak mau melaksanakannya.
Maka turunlah firman Allah (artinya): “Dan Tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan-urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (Al-Ahzab:36).
Akhirnya Zainab mau menikah dengan Zaid karena ta’at kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, konsekuen dengan landasan Islam yaitu tidak ada kelebihan antara orang yang satu dengan orang yang lain melainkan dengan takwa.
Akan tetapi kehidupan rumah tangga tersebut tidak harmonis, ketidakcocokan mewarnai rumah tangga yang terwujud karena perintah Allah yang bertujuan untuk menghapus kebiasaan-kebiasaan dan hukum-hukum jahiliyah dalam perkawinan.
Tatkala Zaid merasakan betapa sulitnya hidup berdampingan dengan Zainab, beliau mendatangi Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengadukan problem yang dihadapi dengan memohon izin kepada Rasulullah untuk menceraikannya. Namun beliau bersabda: “Pertahankanlah istrimu dan bertakwalah kepada Allah”.
Padahal beliau mengetahui betul bahwa perceraian pasti terjadi dan Allah kelak akan memerintahkan kepada beliau untuk menikahi Zainab untuk merombak kebiasaan jahiliyah yang mengharamkan menikahi istri Zaid sebagaimana anak kandung. Hanya saja Rasulullah tidak memberitahukan kepadanya ataupun kepada yang lain sebagaimana tuntunan Syar’i karena beliau khawatir, manusia lebih-lebih orang-orang musyrik, akan berkata bahwa Muhammad menikahi bekas istri anaknya.
Maka Allah ‘Azza wajalla menurunkan ayat-Nya: “Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan  kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya:”Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah”, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih kamu takuti. Maka tatkala Zaid yang telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk mengawini (istri-istri anak-anak angkat itu) apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi”. (Al-Ahzab:37).
Al-Wâqidiy dan yang lain menyebutkan bahwa ayat ini turun manakala Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan ‘Aisyah tiba-tiba beliau pingsan. Setelah bangun, beliau tersenyum seraya bersabda:”Siapakah yang hendak memberikan kabar gembira kepada Zainab?”, Kemudian beliau membaca ayat tersebut.
Maka berangkatlah seorang pemberi kabar gembira kepada Zainab untuk memberikan kabar kepadanya, ada yang mengatakan bahwa Salma pembantu Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang membawa kabar gembira tersebut. Ada pula yang mengatakan bahwa yang membawa kabar gembira tersebut adalah Zaid sendiri. Ketika itu, beliau langsung membuang apa yang ada di tangannya kemudian sujud syukur kepada Allah.
Begitulah, Allah Subhanahu menikahi Zainab radliallâhu ‘anha dengan Nabi-Nya melalui ayat-Nya tanpa wali dan tanpa saksi sehingga ini menjadi kebanggaan Zainab dihadapan Ummahatul Mukminin yang lain. Beliau berkata:”Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian akan tetapi aku dinikahkan oleh Allah dari atas ‘Arsy-Nya”.
Dan dalam riwayat lain,”Allah telah menikahkanku di langit”. Dalam riwayat lain,”Allah menikahkan ku dari langit yang ketujuh”. Dan dalam sebagian riwayat lain,”Aku labih mulia dari kalian dalam hal wali dan yang paling mulia dalam hal wakil; kalian dinikahkan oleh orang tua kalian sedangkan aku dinikahkan oleh Allah dari langit yang ketujuh”.
Zainab radliallâhu ‘anha adalah seorang wanita shalihah, bertakwa dan tulus imannya, hal itu ditanyakan sendiri oleh sayyidah ‘Aisyah radliallâhu ‘anha tatkala berkata:”Aku tidak lihat seorangpun yang lebih baik diennya dari Zainab, lebih bertakwa kepada Allah dan paling jujur perkataannya, paling banyak menyambung silaturrahmi dan paling banyak shadaqah, paling bersungguh-sungguh dalam beramal dengan jalan shadaqah dan taqarrub kepada Allah ‘Azza wa Jalla”.
Beliau radliallâhu ‘anha adalah seorang wanita yang mulia dan baik. Beliau bekerja dengan kedua tangannya, beliau menyamak kulit dan menyedekahkannya di jalan Allah, yakni beliau bagi-bagikan kepada orang-orang miskin. Tatkala ‘Aisyah mendengar berita wafatnya Zainab, beliau berkata:”Telah pergi wanita yang mulia dan rajin beribadah, menyantuni para yatim dan para janda”. Kemudian beliau berkata: “Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para istrinya: ‘Orang yang paling cepat menyusulku diantara kalian adalah yang paling panjang tangannya.”
Maka apabila kami berkumpul sepeninggal beliau, kami mengukur tangan kami di dinding untuk mengetahui siapakah yang paling panjang tangannya di antara kami. Hal itu kami lakukan terus hingga wafatnya Zainab binti Jahsy, kami tidak mendapatkan yang paling panjang tangannya di antara kami.
Maka ketika itu barulah kami mengetahui bahwa yang di maksud dengan panjang tangan adalah sedekah. Adapun Zainab bekerja dengan tangannya menyamak kulit kemudian dia sedekahkan di jalan Allah.
Ajal menjemput beliau pada tahun 20 hijriyah pada saat berumur 53 tahun. Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab turut menyalatkan beliau. Penduduk Madinah turut mengantar jenazah Ummul Mukminin, Zainab binti Jahsy hingga ke Baqi’. Beliau adalah istri Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam yang pertama kali wafat setelah wafatnya Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah merahmati wanita yang paling mulia dalam hal wali dan wakil, dan yang paling panjang tangannya

Istri Nabi Muhammad Saw: Hafshoh

Hafshoh binti Umar r.a. Beliau adalah Hafsah putri dari Umar bin Khaththab, seorang shahabat agung yang melalui perantara beliau-lah Islam memiliki wibawa. Hafshoh adalah seorang wanita yang masih muda dan berparas cantik, bertaqwa dan wanita yang disegani.
Pada mulanya beliau dinikahi salah seorang shahabat yang mulia bernama Khunais bin Khudzafah bin Qais As-Sahmi Al-Quraisy yang pernah berhijrah dua kali, ikut dalam perang Badar dan perang Uhud namun setelah itu beliau wafat di negeri hijrah karena sakit yang beliau alami waktu perang Uhud.
Beliau meninggalkan seorang janda yang masih muda dan bertaqwa yakni Hafshoh yang ketika itu masih berumur 18 tahun.
Umar benar-benar merasakan gelisah dengan adanya keadaan putrinya yang menjanda dalam keadaan masih muda dan beliau masih merasakan kesedihan dengan wafatnya menantunya yang dia adalah seorang muhajir dan mujahid.
Beliau mulai merasakan kesedihan setiap kali masuk rumah melihat putrinya dalam keadaan berduka. Setelah berfikir panjang maka Umar berkesimpulan untuk mencarikan suami untuk putrinya sehingga dia dapat bergaul dengannya dan agar kebahagiaan yang telah hilang tatkala dia menjadi seorang istri selama kurang lebih enam bulan dapat kembali.
Akhirnya pilihan Umar jatuh pada Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallaahu ‘anhu orang yang paling dicintai Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena Abu Bakar dengan sifat tenggang rasa dan kelembutannya dapat diharapkan membimbing Hafshoh yang mewarisi watak bapaknya yakni bersemangat tinggi dan berwatak tegas.
Maka segeralah Umar menemui Abu Bakar dan menceritakan perihal Hafshoh beserta ujian yang menimpa dirinya yakni berstatus janda. Sedangkan ash-Shiddiq memperhatikan dengan rasa iba dan belas kasihan.
Kemudian barulah Umar menawari Abu Bakar agar mau memperistri putrinya. Dalam hatinya dia tidak ragu bahwa Abu Bakar mau menerima seorang yang masih muda dan bertakwa, putri dari seorang laki-laki yang dijadikan oleh Allah penyebab untuk menguatkan Islam.
Namun ternyata Abu Bakar tidak menjawab apa-apa. Maka berpalinglah Umar dengan membawa kekecewaan hatinya yang hampir-hampir dia tidak percaya (dengan sikap Abu Bakar). Kemudian dia melangkahkan kakinya menuju rumah Utsman bin Affan yang mana ketika itu istri beliau yang bernama Ruqqayah binti Rasulullah telah wafat karena sakit yang dideritanya.
Umar menceritakan perihal putrinya kepada Utsman dan menawari agar mau menikahi putrinya, namun beliau menjawab: “Aku belum ingin menikah saat ini”. Semakin bertambahlah kesedihan Umar atas penolakan Utsman tersebut setelah ditolak oleh Abu Bakar. Dan beliau merasa malu untuk bertemu dengan salah seorang dari kedua shahabatnya tersebut padahal mereka berdua adalah kawan karibnya dan teman kepercayaannya yang faham betul tentang kedudukannya.
Kemudian beliau menghadap Rasulullah SAW dan mengadukan keadaan dan sikap Abu Bakar maupun Utsman. Maka tersenyumlah Rasulllah SAW seraya berkata, “Hafshoh akan dinikahi oleh orang yang lebih baik dari Abu Bakar dan Utsman sedangkan Ustman akan menikahi wanita yang lebih baik daripada Hafshoh (yaitu putri beliau Ummu Kultsum r.a. red.)”
Wajah Umar bin Khaththab berseri-seri karena kemuliaan yang agung ini yang mana belum pernah terlintas dalam angan-angannya. Hilanglah segala kesusahan hatinya, maka dengan segera dia menyampaikan kabar gembira tersebut kepada setiap orang yang dicintainya sedangkan Abu Bakar adalah orang yang pertama kali beliau temui.
Maka tatkala Abu Bakar melihat Umar dalam keadaan gembira dan suka cita maka beliau mengucapkan selamat kepada Umar dan meminta maaf kepada Umar sambil berkata “Janganlah engkau marah kepadaku wahai Umar karena aku telah mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebut-nyebut Hafshoh. Hanya saja aku tidak ingin membuka rahasia Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam; seandainya beliau menolak Hafshoh maka pastilah aku akan menikahinya.
Maka Madinah mendapat barokah dengan indahnya pernikahan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan Hafshoh binti Umar pada bulan Sya’ban tahun ketiga Hijriyah. Begitu pula barokah dari pernikahan Utsman bin Affan dengan Ummu Kultsum binti Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Jumadil Akhir tahun ketiga Hijriyah juga.
Begitulah, Hafshoh bergabung dengan istri-istri Rasulullah dan Ummahatul mukminin yang suci. Di dalam rumah tangga Nubuwwah ada istri selain beliau yakni Saudah dan Aisyah. Maka tatkala ada kecemburuan beliau mendekati Aisyah karena dia lebih pantas dan lebih layak untuk cemburu.
Beliau senantiasa mendekati dan mengalah dengan Aisyah mengikuti pesan bapaknya (Umar) yang berkata: “Betapa kerdilnya engkau bila dibanding dengan Aisyah dan betapa kerdilnya ayahmu ini apabila dibandingkan dengan ayahnya”.
Hafshoh dan Aisyah pernah menyusahkan Nabi, maka turunlah ayat: “Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong untuk menerima kebaikan dan jika kamu berdua bantu membantu menyusahkan Nabi,maka sesungguhnya Allah adalah pelindungnya dan (begitu pula) Jibril” (Q.S. At-Tahrim: 4).
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mentalak sekali untuk Hafshoh tatkala Hafshoh dianggap menyusahkan Nabi namun beliau rujuk kembali dengan perintah yang dibawa oleh Jibril ‘alaihissalam yang mana dia berkata, “Dia adalah seorang wanita yang rajin shaum, rajin shalat dan dia adalah istrimu di surga.”
Hafshoh pernah merasa bersalah karena menyebabkan kesusahan dan penderitaan Nabi dengan menyebarkan rahasianya namun akhirnya menjadi tenang setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memaafkan beliau. Kemudian Hafshoh hidup bersama Nabi dengan hubungan yang harmonis sebagai seorang istri bersama suaminya.
Manakala Rasul yang mulia menghadap Ar-Rafiiq Al-A’la dan Khalifah dipegang oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, maka Hafshoh-lah yang dipercaya diantara Ummahatul Mukminin termasuk Aisyah didalamnya, untuk menjaga mushaf Al-Qur’an yang pertama.
Hafshoh radhiallaahu ‘anha mengisi hidupnya sebagai seorang ahli ibadah dan ta’at kepada Allah, rajin shaum dan juga shalat, satu-satunya orang yang dipercaya untuk menjaga keamanan dari undang-undang umat ini, dan kitabnya yang paling utama yang sebagai mukjizat yang kekal, sumber hukum yang lurus dan ‘aqidahnya yang utuh.
Ketika ayah beliau yang ketika itu adalah Amirul mukminin merasakan dekatnya ajal setelah ditikam oleh Abu Lu’lu’ah seorang Majusi pada bulan Dzulhijjah tahun 13 hijriyah, maka Hafshoh adalah putri beliau yang mendapat wasiat yang beliau tinggalkan.
Hafshoh wafat pada masa Mu’awiyah bin Abu Sufyan radhiallaahu ‘anhu setelah memberikan wasiat kepada saudaranya yang bernama Abdullah dengan wasiat yang diwasiatkan oleh ayahnya radhiallaahu ‘anhu.
Semoga Allah meridhai beliau karena beliau telah menjaga al-Qur’an al- Karim, dan beliau adalah wanita yang disebut Jibril sebagai Shawwamah dan Qawwamah (Wanita yang rajin shaum dan shalat) dan bahwa beliau adalah istri Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam di surga.
***
Sumber: Al-Sofwa, Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Istri Nabi Muhammad Saw: Ummu Salamah

Ummu Salamah Lembaran sejarah hijrah Ummat Islam ke Madinah, barangkali tidak bisa melupakan torehan tinta seorang ibu dengan putrinya yang masih balita. Keduanya, hanya dengan mengendarai unta dan tidak ada seorang lelakipun yang menemaninya, meski kemudian ditengah jalan ada orang yang iba dan kemudian mengantarnya, berani menembus kegelapan malam, melewati teriknya siang dan melawan ganasnya padang sahara, mengarungi perjalanan yang amat panjang dan melelahkan, kurang lebih 400 km. Dialah Salamah dan ibunya, Hindun bin Abi Umayyah atau sejarah lebih sering menyebutnya dengan Ummu Salamah.
Ummu Salamah adalah putri dari pemuka kaum kaya dibani Mughirah, Abi Umayyah. Parasnya jelita dan ia adalah seorang yang cerdas. Setelah menginjak usia remaja ia dinikahkan dengan Abdullah bin Abdul Asad Al-Makhzumi. Lalu keduanya berkat hidayah Allah SWT menyatakan keislamannya.
Ketika kaum Muslimin berhijrah keMadinah, keduanya ikut pula didalamnya, meski tidak dalam waktu yang bersamaan. Abdullah (Abu Salamah) berangkat terlebih dahulu, setelah itu Ummu Salamah menyusul seorang diri dengan anaknya. Lalu mulailah mereka berdua menjalani kehidupannya bersama anak-anaknya dikota Madinah tercinta.
Tapi tak lama kemudian Abu Salamah akibat luka yang dideritanya semenjak perang Uhud meninggal dunia. Akhirnya Ummu Salamahpun seorang diri mengasuh dan mendidik anak-anaknya.Kemudian datanglah Abu Bakar r.a untuk melamarnya, juga Umar bin Khattab r.a. Namun dengan lemah lembut kedua lamaran tersebut ia kembalikan.
Setelah itu datang pula utusan Rasulullah SAW untuk meminangnya. Ummu Salamahpun menolaknya dengan berbagai pertimbangan. Namun setelah mendapat penjelasan dari Rasulullah SAW akhirnya ia menerima lamaran tersebut.
Diantara para istri Rasulullah SAW, Ummu Salamah adalah istri yang tertua. Dan untuk menghormatinya, Rasulullah SAW sebagaimana kebiasaannya sehabis sholat Ashar, beliau mengunjungi istri-istrinya maka beliau memulainya dengan Ummu Salamah r.a dan mengakhirinya dengan Aisyah r.a Ummu Salamah wafat pada usia 84 th, bulan Dzul-Qo`dah,tahun 59 Hijrah atau 62 Hijrah dan dikebumikan diBaqi`. Wallahu a`lam bish-Showab.
***
(Diolah dari Shifatus Shofwah, Ibnu Jauzi;Min `Alamin Nisa;M.Quthb,dll)
Oleh : Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Istri Nabi Muhammad Saw: Aisyah

Aisyah Binti Abu Bakar r.a Rasulullah SAW membuka lembaran kehidupan rumah tangganya dengan Aisyah r.a yang telah banyak dikenal. Ketika wahyu datang pada Rasulullah SAW, Jibril membawa kabar bahwa Aisyah adalah istrinya didunia dan diakhirat, sebagaimana diterangkan didalam hadits riwayat Tirmidzi dari Aisyah r.a,
“Jibril datang membawa gambarnya pada sepotong sutra hijau kepada Nabi SAW, lalu berkata.’ Ini adalah istrimu didunia dan di akhirat.”
Dialah yang menjadi sebab atas turunnya firman Allah SWT yang menerangkan kesuciannya dan membebaskannya dari fitnah orang-orang munafik.
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada Nabi SAW untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya berkata,’ Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,’ Jika ini benar dari Allah SWT , niscaya akan terlaksana.”
Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Makkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a.
Dengan izin Allah SWT menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham. Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.
Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, “Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a.”
Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan “Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya,’ Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri kecintaan Rasulullah SAW.”
Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, ‘Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar)’.
Di antara istri-istri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW.
Menjelang wafat, Rasulullah SAW meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini Aisyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat dipangkuanku.”
Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal.
Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, “Jika yang engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi.”
Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga bulanmu.” Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah Aisyah.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah SWT.
Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW. Ketika istri-istri Nabi SAW hendak mengutus Ustman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi SAW yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, “Bukankah Rasulullah SAW telah berkata, ‘Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah.”
Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal.
Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW.
Aisyah termasuk wanita yang banyak menghapalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan dikuburkan di Baqi`.
Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasul, “Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.” (HR. Ahmad).
***
Dikutip dari: Amru Yusuf/ Istri Rasulullah, contoh dan teladan

Khalifah Umar dan Keadilan

Suatu ketika Umar bin Khattab sedang berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam pemerintahan Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam masjid , sehingga Umar menghentikan khotbahnya sejenak, kemudian ia melanjutkan.
“Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal.”
Selesai khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit seraya berkata; “Ya Amiirul Mu’minin, saya datang dari Mesir dengan menembus padang pasir yang luas dan tandus, serta menuruni lembah yang curam. Semua ini hanya dengan satu tujuan, yakni ingin bertemu dengan Tuan.”
“Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku,” ujar Umar.
“Saya telah dihina di hadapan orang banyak oleh ‘Amr bin ‘Ash, gubernur Mesir. Dan sekarang saya akan menuntutnya dengan hukum yang sama.”
“Ya saudaraku, benarkah apa yang telah engkau katakan itu?” tanya khalifah Umar ragu-ragu.
“Ya Amiirul Mu’minin, benar adanya.”
“Baiklah, kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut balas. Tetapi, engkau harus mengajukan empat orang saksi, dan kepada ‘Amr aku berikan dua orang pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka kau dapat melaksanakan balasan dengan memukulnya 40 kali.”
“Baik ya Amiirul Mu’minin. Akan saya laksanakan semua itu,” jawab orang itu seraya berlalu. Ia langsung kembali ke Mesir untuk menemui gubernur Mesir ‘Amr bin ‘Ash.
Ketika sampai ia langsung mengutarakan maksud dan keperluannya. “Ya ‘Amr, sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk menindas yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya. Khalifar Umar telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka umum.”
“Apakah kamu akan menuntut gubernur?” tanya salah seorang yang hadir.
“Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia,” jawab lelaki itu tegas.
“Tetapi, dia kan gubernur kita?”
“Seandainya yang menghina itu Amiirul Mu’minin, saya juga akan menuntutnya.”
“Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang mendengar dan melihat kejadian itu agar berdiri.”
Maka banyaklah yang berdiri.
“Apakah kamu akan memukul gubernur?” tanya mereka.
“Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali.”
“Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu.”
“Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak itu,” jawabnya .
“Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami mau jadi penggantinya,” bujuk mereka.
“Saya tidak suka pengganti.”
“Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun.”
“Demi Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka membela pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum,” ujarnya seraya meninggalkan tempat.
‘Amr bin’Ash serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang itu. Ia menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya walaupun ia selamat di dunia.
“Ini rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu,” kata gubernur ‘Amr bin ‘Ash sambil membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan.
“Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk menghindari hukuman ini?” tanya lelaki itu.
“Tidak, jalankan saja keinginanmu itu,” jawab gubernur.
“Tidak, sekarang aku memaafkanmu,” kata lelaki itu seraya memeluk gubernur Mesir itu sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia lemparkan.

Umar Bin Khaththab

Pada hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu Bakar sibuk bertanya pada banyak orang.”Bagaimana pendapatmu tentang Umar?” Hampir semua orang menyebut Umar adalah seorang yang keras, namun jiwanya sangat baik. Setelah itu, Abu Bakar minta Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar. Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak menuliskan wasiat itu.
Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar menjadi khalifah. Jika orang-orang menyebut Abu Bakar sebagai “Khalifatur- Rasul”, kini mereka memanggil Umar “Amirul Mukminin” (Pemimpin orang mukmin). Umar masuk Islam sekitar tahun 6 Hijriah. Saat itu, ia berniat membunuh Muhammad namun tersentuh hati ketika mendengar adiknya,Fatimah, melantunkan ayat Quran.
Selama di Madinah, Umarlah –bersama Hamzah-yang paling ditakuti orang-orang Quraisy.Keduanya selalu siap berkelahi jika Rasul dihina. Saat hijrah, ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi secara terang-terangan. Ia menantang siapapun agar menyusulnya bila ingin “ibunya meratapi, istrinya jadi janda, dan anaknya menangis kehilangan.”
Kini ia harus tampil menjadi pemimpin semua. Saat itu, pasukan Islam tengah bertempur sengit di Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar tidak memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu Bakar telah wafat dan ia yang sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi pasukan yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.
Di Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil markas di tempat itu dan kecerdikan serta keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi -baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani-tewas. Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.
Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya “Jirri Tudur”– ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.
Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas menerima keputusan itu. “saya berjihad bukan karena Umar,” katanya. Ia terus membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai. Dengan menggunakan “tangga manusia”, pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan ganjil itu. Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar dengan bajunya yang sangat sederhana datang menunggang unta merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung makanan serta air.
Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim. Apalagi kaum GerejaSyria dan Gereja Kopti-Mesir memang mengharap kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka tertindas, karena yang diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Maka, Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komandoAmr bin Ash dan Zubair, menantu Abu Bakar.
Ke wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas juga merebut Ctesiphon –pusat kerajaan Persia,pada 637 Masehi. Tiga putri raja dibawa ke Madinah, dan dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar, Abdullah anak Umar, serta Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu melahirkan Zainal Ali Abidin -Imam besar Syiah.
Dengan demikian, Zainal mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan Ibrahim dari ayah, serta darah raja-raja Persia dari ibu. Itu yang menjelaskan mengapa warga Iran menganut aliran Syi’ah. Dari Persia, Islam kemudian menyebar ke wilayah Asia Tengah, mulai Turkmenistan, Azerbaijan bahkan ke timur ke wilayah Afghanistan sekarang.
Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644 Masehi. Saat salat subuh, seorang asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di masjid dengan pisau beracun. Enam orang lainnya tewas, sebelum Firus sendiri juga tewas. Banyak dugaan mengenai alasan pembunuhan tersebut. Yang pasti,ini adalah pembunuhan pertama seorang muslim oleh muslim lainnya.
Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani berijtihad. Yakni melakukan hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan harta pampas an perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat mereka. Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar.
Ia juga memerintahkan salat tarawih berjamaah.
Menurut riwayat, suatu waktu Ali terpesona melihat lampu-lampu masjid menyala pada malam hari di bulan Ramadhan. “Ya Allah, sinarilah makam Umar sebagaimana masjid-masjid kami terang benderang karenanya,” kata Ali

sumber:  Ukhuwah